MANUSIYA SEBAGAI MAHLUK SOSIAL
Pada awalnya, Allah Ta’ala
menciptakan seorang manusia di muka bumi ini, yaitu Adam AS. Ketika itu Adam as
berada di Syurga bersama Iblis. Namun, karena enggannya Iblis mengikuti
perintah Allah swt untuk sujud kepada Adam as maka Allah swt usir salah satu jenis
dari kalangan jin ini dari syurga. Tinggallah Nabi Adam AS sendirian di surga.
Ibnu Katsir menggambarkan kehidupan nabi Adam AS di syurga dengan
cukup apik. Dia (Adam) berjalan-jalan
sendirian di surga dalam kesepian. Saat dia tertidur, kemudian bangun, terlihat
seorang wanita tengah duduk di dekat kepalanya. Adam kemudian menyapa:”Siapakah
anda?” Jawab wanita tersebut:”Wanita”. Adam bertanya kembali:”Untuk apa anda
diciptakan?” Jawab wanita tersebut:”Supaya anda jinak kepadaku”.
Lalu, para Malaikat mendatangi
Nabi Adam AS untuk mengetahui
sejauh mana ilmunya. Mereka
bertanya:”Siapakah namanya, Adam?” Jawab Adam:”Hawwa!”
Malaikat bertanya:”Mengapa
namanya Hawwa?” Jawab Adam:”Karena dia
dijadikan dari benda hidup” (Tafsir Ibnu Katsir).
Itulah interaksi sosial
pertama yang terjadi antara dua manusia. Interaksi antar dua manusia atau lebih
merupakan fithrah basyariyah (naluri manusia) yang menjadikan hidup menjadi
indah dan lebih bermakna.
Sifat sosial atau pakar yunani menyebutnya dengan zoonpoliticon adalah fitrah (karakter asal) manusia
yang tidak dapt dipungkiri. Sehingga sudah menjadi keniscayaan baginya untuk
melengkapi setiap puzzle kehidupannya dengan kehidupan sosial. walaupun pada
saat – saat tertentu manusia membutuhkan kesendirian.
Sebagai seorang muslim Allah
swt selain memerintahkan kita untuk bertaqwa (menjalankan perintah serta
menjauhi larangan) kepada-Nya Allah swt memerintahkan kita untuk beramar ma’ruf
nahi munkar. Seperti firman Allah swt dalam Surat Ali Imran 110 :
” Kalian adalah umat terbaik yang dihantar di tengah – tengah
manusia untuk mengajak kepada kebaikan serta mencegah kepada kemungkaran dan
beriman kepada Allah ..”.
Perintah beramar ma’ruf nahiy
mungkar (dakwah) ini tidaklah serta merta dilakukan secara individu. Amar
ma’ruf nahiy mungkar ini dilakukan secara bersama – sama berkelompok dan tidak
sendirian. Seperti ibarat seekor serigala tidak akan serta merta berani memakan
segerombolan besar domba, sedangkan serigala akan langsung menerkam kambing
yang sendirian.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar
merekalah orang-orang yang beruntung” Ali Imran : 104.
“kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran” Al
‘Ashr : 3.
Dr. Abdul Karim Zaidan dalam
dalam kitabnya “Ushulud Dakwah” menjelaskan tiga alasan mengapa kita wajib
berdakwah.
Pertama, karena Allah telah mengutus Rasul-Nya untuk seluruh umat
manusia. Allah Ta’ala berfirman: Katakanlah, “Hai manusia,
sesungguhnya aku adalah utusan Allah kepadamu semua”. (Al-A’raf :
158)
Yang kedua, tersebarnya kemusrikan dan kekafiran di muka bumi akan membahayakan
kaum Muslimin, baik cepat atau lambat.
Ketiga, berdakwah berarti menghindarkan kaum Muslimin dari kebinasaan dan
azab Allah.
Zaenab binti Jahsy bertanya kepada Rasulullah saw., “Ya
Rasulullah, apakah kami akan binasa juga sedang ada di antara kami orang-orang
yang masih melakukan
kebaikan?” Rasulullah saw.
Menjawab, “Ya, apabila kejahatan telah merata”.
( HR. Muslim, dikutip oleh
Qurthubi dalam tafsirnya).
Padahal menurut salim a fillah dalam bukunya saksikan
aku seorang muslim kejahatan
dimanapun dia berada pasti akan dikalahkan oleh kejahatan. dan sejarah telah
membuktikan itu. Lalu kenapa saat ini kebaikan (Islam) secara nyata terdesak
oleh kejahatan (maksiat, dst). Maka salim A Fillah menambahkan dalam bukunya
karena kebaikan TIDAK MENDESAK kejahatan itu sendiri. kebaikan cenderung
menikmati keterasingan, masa – masa sepi, berada di sudut – sudut kerumunan dan
enggan mendesak kejahatan. maka disisi ini Amal Jama’i penting adanya bagi para
aktor – aktor kebaikan.
Hendaklah kalian berjamaah dan jangan bercerai berai, karena syetan
bersama yang sendiri dan dengan dua orang lebih jauh. Barangsiapa ingin masuk
ke dalam surga maka hendaklah komitmen kepada jama’ah” (HR At-Tirmidzi)
Lalu, para Malaikat mendatangi Nabi Adam AS untuk mengetahui
sejauh mana ilmunya. Mereka bertanya:”Siapakah namanya, Adam?” Jawab Adam:”Hawwa!”
Malaikat bertanya:”Mengapa namanya Hawwa?” Jawab Adam:”Karena dia
dijadikan dari benda hidup” (Tafsir Ibnu Katsir).
Yang kedua, tersebarnya kemusrikan dan kekafiran di muka bumi akan membahayakan kaum Muslimin, baik cepat atau lambat.
Ketiga, berdakwah berarti menghindarkan kaum Muslimin dari kebinasaan dan
azab Allah.
kebaikan?” Rasulullah saw. Menjawab, “Ya, apabila kejahatan telah merata”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar