Senin, 02 Januari 2017

MANUSIA MAHLUK IBADAT (3)



Manusia Makhluk Ibadat
Tugas manusia di dunia adalah ibadah kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
وماخلقت الجن والانسالالتعبدون
"Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku
[QS Al-baqoroh].

Meskipun merupakan tugas, akan tetapi pelaksanaan ibadah bukan untuk Allah karena Allah tidak memerlukan apa-apa. Ibadah pada dasarnya adalah untuk kebutuhan dan keutamaan manusia itu sendiri.Lalu, mengapa manusia dikatakan sebagai mahluk ibadat?Ya, karena segala perbuatan yang dilakukannya adalah semata-mata hanya untuk mengharap ridho Allah.Meskipun tidak semua bisa berjalan sesuai kaidah.Karena manusia memang pada dasarnya diciptakan dengan banyak kekurangan. Manusia juga memiliki akal dan hawa nafsu yang terkadang sangat susah untuk dikendalikan. Berbeda dengan malaikat yang memang diciptakan hanya untuk mentaati segala perintah Allah.
Manusia juga sudah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwa manusia adalah khalifah di bumi. Namun manusia pula yang akan merawat dan menyebabkan kerusakan di bumi. Semua bergantung pada manusia itu sendiri.Lantas, mengapa manusia bisa menyebabkan kerusakan di bumi padahal sudah jelas diterangkan bahwa manusia adalah khalifah di bumi?
Itu karena yang menempati bumi tidak hanya manusia, melainkan juga makhluk-makhluk lain seperti hewan, dan sejenis jin dan sebagainya. Jin yang senantiasa menyesatkan manusia. Jin yang sudah berjanji kepada Allah, bahwa akan terus menggoda manusia untuk terus berada di jalan yang salah. Mereka yang membisikkan kata-kata negatif yang menjurus pada perbuatan dosa.Nah, sekarang hanya bergantung pada diri kita sendiri. Bagaimana cara kita untuk bisa menahan diri melakukan sesuatu yang tidak bermanfaat, bahkan menjurus ke perbuatan dosa dan bagaimana cara kita untuk tetap memperkuat iman serta menjaga segala perbuatan baik agar senantiasa istiqomah di jalan yang benar.
Ibadah berasal dari kata 'abada yang arti bebasnya menyembah atau mengabdi merupakan bentuk penghambaan manusia sebagai makhluk kepada Allah Sang Kholiq [Pencipta].Karena penyembahan atau pemujaan merupakan fitrah [naluri] manusia, maka ibadah kepada Allah membebaskan manusia dari pemujaan yang salah dan tidak dikehendaki oleh Allah.Sehingga yang mengabdi [manusia] disebut Abid, sedangkan yang disembah disebut Ma’bud.
Ibadah memiliki aspek yang sangat luas.Sehingga segala sesuatu yang dicintai dan diridhai Allah Ta’ala, baik berupa perbuatan maupun ucapan, secara lahir maupun batin, semuanya merupakan [dan dapat disebut dengan] ibadah.Sedangkan lawan dari ibadah adalah ma'syiat.Kita sering tertipu sehingga selalu dirundung dalam keraguan, kebingungan serta kegalauan di saat menghadapi tuntutan agar memelihara “alat-Rezeki” yang telah diamanahkan oleh Allah kepada kita sebagai hamba-Nya secara KASAB untuk dijadikan sebagai “Ladangnya Akhirat” yang paling subur. 
Selama kita masih ditempatkan oleh Allah dalam maqom [derajat] KASAB, belum sampai pada maqom TAJRID ya jalan saja secara harmoni setiap kegiatan "ibadah", baik yang khusus [ritual] maupun yang umum tanpa harus selalu menciptakan dikotomi yang membingungkan. Karena sebenarnya yang lebih penting untuk diperhatikan adalah masalah Ibadah Mu’amalah, karena ternyata malah bentuk ibadah ini justru dijadikan sebagai tolok ukur dari kualitas nilai IHSAN dari setiap Ibadah Khusus [Ritual] yang telah kita lakukan selama ini.

Allah menciptakan alam semesta (termasuk manusia) tidaklah dengan palsu dan sia-sia (QS.As-Shod ayat 27).Segala ciptaan-Nya mengandung maksud dan manfaat.Oleh karena itu, sebagai makhluk yang paling mulia, sekaligus sebagai khalifah di muka bumi.
Keberadaan manusia di muka bumi ini bukanlah ada dengan sendirinya.Manusia diciptakan oleh Allah, dengan dibekali potensi dan infrastruktur yang sangat unik. Keunikan dan kesempurnaan bentuk manusia ini bukan saja dilihat dari bentuknya, akan tetapi juga dari karakter dan sifat yang dimiliki oleh manusia. Sebagai ciptaan, manusia dituntut memiliki kesadaran terhadap posisi dan kedudukan dirinya di hadapan Tuhan. Dalam konteks ini, posisi manusia dihadapan Tuhan adalah bagaikan “hamba” dengan “majikan” atau “abdi” dengan “raja”, yang harus menunjukan sifat pengabdiaan dan kepatuhan.
Sebagai agama yang haq, Islam menegaskan bahwa posisi manusia di dunia ini adalah sebagai ‘abdullah (hamba Allah).Posisi ini menunjukan bahwa salah satu tujuan hidup manusia di dunia adalah untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah. Yang dimaksud dengan mengabdi kepada Allah adalah taat dan patuh terhadap seluruh perintah Allah, dengan cara menjalankan seluruh perintah-perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya dalam segala aspek kehidupan. Dalam hal ini, Allah Swt. menjelaskan dalam firman-Nya, bahwa tujuan hidup manusia adalah semata-mata untuk mengabdi (beribadah) kepada-Nya (QS.Adz-Dzariyat ayat 56 dan QS.Al-Bayyinah ayat 5).
Tugas dan tanggungjawab manusia sebenarnya telah nyata dan begitu jelas sebagaimana terkandung di dalam Al-Quran iaitu tugas melaksanakan ibadah mengabdikan diri kepada Allah dan tugas sebagai khalifah-Nya dalam makna mentadbir dan mengurus bumi ini mengikut undang-undang Allah dan peraturan- Nya.Firman Allah swt.maksudnya:
“Dan Aku Tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah (menyembah) kepada Ku”. (Az-Zaariyaat: 56)
Firman Allah SWT. bermaksud:    
“Dan Dialah yang menjadikan kamu khalifah (penguasa-penguasa) di bumi dan Dia meninggikan sebahagian kamu atas sebaha-gian (yang lain) beberapa darjat untuk mengujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu”. (al-An’aam: 165)
Tugas sebagai khalifah Allah ialah memakmurkan bumi ini dengan mentadbir serta mengurusnya dengan peraturan dan undang-undang Allah.Tugas beribadah dan mengabdi diri kepada Allah dalam rangka melaksanakan segala aktiviti pengurusan bumi ini yang tidak terkeluar dari garis panduan yang datang dari Allah swt.dan dikerjakan segala kegiatan pengurusan itu dengan perasaan ikhlas kerana mencari kebahagian dunia dan akhirat serta keredaan Allah.

Beribadah tidaklah sulit sebenarnya, kawan.Hanya perlu keikhlasan dan ketulusan dalam diri kita. Sekecil-kecilnya, dengan contoh seperti ini, perbuatan baik tidak akan ada nilainya jika dilakukan tanpa mengucap Bismillah, dan apabila diucapkan maka sudah dianggap ibadah.

Makan beribadah sebagaimana dikemukakan di atas (mentaati segala perintah dan menjauhi larangan Allah) merupakan makna ibdah secara umum.Dalam tataran praktis, ibadah secara umum dapat diimplementasikan dalam setiap aktivitas yang diniatkan untuk menggapai keridlaan-Nya, seperti bekerja secara professional, mendidik anak, berdakwah dan lain sebagainya.Dengan demikian, misi hidup manusia untuk beribadah kepada Allah dapat diwujudkan dalam segala aktivitas yang bertujuan mencari ridla Allah (mardlotillah).
Sedangkan secara khusus, ibadah dapat dipahami sebagai ketaatan terhadap hukum syara’ yang mengatur hubungan vertical-transendental (manusia dengan Allah).Hukum syara’ ini selalu berkaitan dengan amal manusia yang diorientasikan untuk menjalankan kewajiban ‘ubudiyah manusia, seperti menunaikan ibadah shalat, menjalankan ibadah puasa, memberikan zakat, pergi haji dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan hidup manusia yang pertama adalah menyembah kepada Allah.Dalam pengertian yang lebih sederhana, tujuan ini dapat disebut dengan “beriman”.Manusia memiliki keharusan menjadi individu yang beriman kepada Allah (tauhid). Beriman merupakan kebalikan dari syirik, sehingga dalam kehidupannya manusa sama sekali tidak dibenarkan menyekutukan Allah dengan segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini (Syirik).

Ya, itulah beberapa alasan mengapa kita harus beribadah. Disamping itu, dalam beribadah akan ada kaitannya antara iman kita, ilmu, dan amal. Dalam islam, antara iman, ilmu dan amal terdapat hubungan yang terintegrasi kedalam agama islam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem kehidupan. Dalam agama islam terkandung tiga ruang lingkup, yaitu akidah, syari’ah dan akhlak. Sedangkan iman, ilmu dan amal barada didalam ruang lingkup tersebut. Iman berorientasi terhadap rukun iman yang enam, sedangkan ilmu dan amal berorientasi pada rukun islam yaitu tentang tata cara ibadah dan pengamalanya.

Menyembah Kepada Allah (Beriman)
Keberadaan manusia di muka bumi ini bukanlah ada dengan sendirinya. Manusia diciptakan oleh Allah, dengan dibekali potensi dan infrastruktur yang sangat unik. Keunikan dan kesempurnaan bentuk manusia ini bukan saja dilihat dari bentuknya, akan tetapi juga dari karakter dan sifat yang dimiliki oleh manusia. Sebagai ciptaan, manusia dituntut memiliki kesadaran terhadap posisi dan kedudukan dirinya di hadapan Tuhan. Dalam konteks ini, posisi manusia dihadapan Tuhan adalah bagaikan “hamba” dengan “majikan” atau “abdi” dengan “raja”, yang harus menunjukan sifat pengabdiaan dan kepatuhan.
Sebagai agama yang haq, Islam menegaskan bahwa posisi manusia di dunia ini adalah sebagai ‘abdullah (hamba Allah). Posisi ini menunjukan bahwa salah satu tujuan hidup manusia di dunia adalah untuk mengabdi atau beribadah kepada Allah. Yang dimaksud dengan mengabdi kepada Allah adalah taat dan patuh terhadap seluruh perintah Allah, dengan cara menjalankan seluruh perintah-perintah-Nya dan menjauhi seluruh larangan-Nya dalam segala aspek kehidupan. Dalam hal ini, Allah Swt. menjelaskan dalam firman-Nya, bahwa tujuan hidup manusia adalah semata-mata untuk mengabdi (beribadah) kepada-Nya (QS. Adz-Dzariyat ayat 56 dan QS. Al-Bayyinah ayat 5).
Makan beribadah sebagaimana dikemukakan di atas (mentaati segala perintah dan menjauhi larangan Allah) merupakan makna ibdah secara umum. Dalam tataran praktis, ibadah secara umum dapat diimplementasikan dalam setiap aktivitas yang diniatkan untuk menggapai keridlaan-Nya, seperti bekerja secara professional, mendidik anak, berdakwah dan lain sebagainya. Dengan demikian, misi hidup manusia untuk beribadah kepada Allah dapat diwujudkan dalam segala aktivitas yang bertujuan mencari ridla Allah (mardlotillah).
Sedangkan secara khusus, ibadah dapat dipahami sebagai ketaatan terhadap hukum syara’ yang mengatur hubungan vertical-transendental (manusia dengan Allah). Hukum syara’ ini selalu berkaitan dengan amal manusia yang diorientasikan untuk menjalankan kewajiban ‘ubudiyah manusia, seperti menunaikan ibadah shalat, menjalankan ibadah puasa, memberikan zakat, pergi haji dan lain sebagainya.
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan hidup manusia yang pertama adalah menyembah kepada Allah. Dalam pengertian yang lebih sederhana, tujuan ini dapat disebut dengan “beriman”. Manusia memiliki keharusan menjadi individu yang beriman kepada Allah (tauhid). Beriman merupakan kebalikan dari syirik, sehingga dalam kehidupannya manusa sama sekali tidak dibenarkan menyekutukan Allah dengan segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini (Syirik).


IBADAH MAHDHAH DAN GHAIRU MAHDHAH
Ibadah mahdhah ialah ibadah dalam arti sempit yaitu aktivitas atau perbuatan yang sudah ditentukan syarat dan rukunnya. Maksudnya syarat itu hal-hal yang perlu dipenuhi sebelum suatu kegiatan ibadah itu dilakukan. Sedangkan rukun itu hal-hal, cara, tahapan atau urutan yang harus dilakukan dalam melaksanakan ibadah itu.
Contoh Ibadah Mahdhah :
·         Salat
·         Puasa
·         Haji
Description: Allah-green.svg 
Artikel bertopik Islam ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.
ibadah mahdhah, pada dasarnya, kita dilarang untuk melakukannya, kecuali jika terdapat dalil yang menunjukkan bahwa hal tersebut dituntunkan. Sehingga, siapa saja yang mengajak kita untuk melakukan suatu ibadah maka kita menuntutnya untuk membawakan bukti nyata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkannya.
Landasan kaidah ini adalah hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
عن عَائِشَةُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ
Dari Bunda Aisyah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa saja yang melakukan amal ibadah yang tidak kami ajarkan, maka amal ibadah tersebut adalah amal ibadah yang tertolak.” (HR. Muslim, no. 4590)
Hadits ini jelas menunjukkan terlarangnya melakukan amal ibadah yang tidak ada tuntunannya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sehingga, tidak semua perkara yang dikatakan oleh orang-orang sebagai ibadah boleh kita telan mentah-mentah, namun kita perlu bersikap selektif. Jika memang ibadah semacam itu dituntunkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka mari kita menjalankannya dengan penuh semangat. Akan tetapi, jika ternyata ibadah semacam itu (ibadah mahdhah) tidak pernah diajarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maka hendaknya–dengan penuh kelapangan dada–kita tinggalkan hal tersebut, meski hal tersebut adalah peninggalan leluhur yang sangat kita hormati atau pendapat kiai yang sangat kita kagumi. Namun tentunya tidak ada kiai yg mengajarkan untuk merubah atau menambah / mengurangi ibadah mahdhah, karna mereka tau dan menguasai beberapa cabang ilmu agama. Jadi intinya contoh ibadah mahdhah adalah syahadatain, shalat, zakat, puasa, dan hajji, yg tertera dalam rukun islam, klu ibadah" tersebut harus dilakukan atas dasar ada perintah dan harus dilakukan sesuai perintah tersebut, sekali lagi tidak boleh dirubah , ditambah atau dikurangi...nah klu yg selain ibadah mahdhah tersebut,tidak perlu ada perintah , boleh dilakukan selama tidak ada larangan. Semoga kita semua faham dan bisa membedakan ibadah mahdhah dan ibadah mu'amalah agar kita tidak terus jadi korban pembodohan dan menyalahkan amalan orang lain.

 A. Pengertian Ibadah 
Secara etomologis diambil dari kata ‘abada, ya’budu, ‘abdan, fahuwa ‘aabidun. ‘Abid,berarti hamba atau budak, yakni seseorang yang tidak memiliki apa-apa, hatta dirinya sendiri milik tuannya, sehingga karenanya seluruh aktifitas hidup hamba hanya untuk memperoleh keridhaan tuannya dan menghindarkan murkanya.
Manusia adalah hamba Allah “‘Ibaadullaah” jiwa raga haya milik Allah, hidup matinya di tangan Allah, rizki miskin kayanya ketentuan Allah, dan diciptakan hanya untuk  ibadah atau menghamba kepada-Nya:
وما خلقت الجن والانس الا ليعبدونِ       الذريات 56
Tidak Aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali hanya untuk beribadah kepadaKu (QS. 51(al-Dzariyat ): 56).
B. Jenis ‘Ibadah 
Ditinjau dari jenisnya, ibadah dalam Islam terbagi menjadi dua jenis, dengan bentuk dan sifat yang berbeda antara satu dengan lainnya;
1. ‘Ibadah Mahdhah,  artinya  penghambaan yang murni hanya merupakan hubung an antara hamba dengan Allah secara langsung. ‘Ibadah bentuk ini  memiliki 4 prinsip:
a. Keberadaannya harus berdasarkan adanya dalil perintah, baik dari al-Quran maupun al- Sunnah, jadi merupakan otoritas wahyu, tidak boleh ditetapkan oleh akal atau logika keberadaannya.
b. Tatacaranya harus berpola kepada contoh Rasul saw. Salah satu tujuan diutus rasul oleh Allah adalah untuk memberi contoh:
وماارسلنا من رسول الا ليطاع باذن الله … النسآء 64
Dan Kami tidak mengutus seorang Rasul kecuali untuk ditaati dengan izin Allah…(QS. 4: 64).
وما آتاكم الرسول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا…الحشر 7
Dan apa saja yang dibawakan Rasul kepada kamu maka ambillah, dan apa yang dilarang, maka tinggalkanlah…( QS. 59: 7).
Shalat dan haji adalah ibadah mahdhah, maka tatacaranya, Nabi bersabda:
صلوا كما رايتمونى اصلى .رواه البخاري   . خذوا عنى مناسككم  .
Shalatlah kamu seperti kamu melihat aku shalat. Ambillah dari padaku tatacara haji kamu
Jika melakukan ibadah bentuk ini tanpa dalil perintah atau tidak sesuai dengan praktek Rasul saw., maka dikategorikan “Muhdatsatul umur” perkara meng-ada-ada, yang populer disebut bid’ah:  Sabda Nabi saw.:
من احدث فى امرنا هذا ما ليس منه فهو رد . متفق عليه .  عليكم بسنتى وسنة الخلفآء الراشدين المهديين من بعدى ، تمسكوا بها وعضوا بها بالنواجذ ، واياكم ومحدثات الامور، فان كل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة  . رواه احمد وابوداود والترمذي وابن ماجه ،  اما بعد، فان خير الحديث كتاب الله ، وخير الهدي هدي محمد  ص. وشر الامور محدثاتها وكل محدثة بدعة وكل بدعة ضلالة . رواه مسلم
Salah satu penyebab hancurnya agama-agama yang dibawa sebelum Muhammad saw. adalah karena kebanyakan kaumnya bertanya dan menyalahi perintah Rasul-rasul mereka:
ذرونى ما تركتكم، فانما هلك من كان قبلكم بكثرة سؤالهم واختلافهم على انبيآئهم، فاذا امرتكم بشيئ فأتوا منه ماستطعتم واذا نهيتكم عن شيئ فدعوه . اخرجه مسلم
c. Bersifat supra rasional (di atas jangkauan akal) artinya ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebut hikmah tasyri’. Shalat, adzan, tilawatul Quran, dan ibadah mahdhah lainnya, keabsahannnya bukan ditentukan oleh mengerti atau tidak, melainkan ditentukan apakah sesuai dengan ketentuan syari’at, atau tidak. Atas dasar ini, maka ditetapkan oleh syarat dan rukun yang ketat.
d. Azasnya “taat”, yang dituntut dari hamba dalam melaksanakan ibadah ini adalah kepatuhan atau ketaatan. Hamba wajib meyakini bahwa apa yang diperintahkan Allah kepadanya, semata-mata untuk kepentingan dan kebahagiaan hamba, bukan untuk Allah, dan salah satu misi utama diutus Rasul adalah untuk dipatuhi:
Jenis ibadah yang termasuk mahdhah, adalah :
1.Wudhu,
2.Tayammum
3.Mandihadats
4.Adzan
5. Iqamat
6. Shalat
7. Membaca al-Quran
8. I’tikaf
9. Shiyam ( Puasa )
10. Haji
11. Umrah
12. Tajhiz al- Janazah
Rumusan Ibadah Mahdhah adalah
“KA + SS”
(Karena Allah + Sesuai Syari’at)
2. Ibadah Ghairu Mahdhah, (tidak murni semata hubungan dengan Allah)  yaitu ibadah yang di samping sebagai hubungan  hamba dengan Allah juga merupakan hubungan atau interaksi antara hamba dengan makhluk lainnya .  Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4:
a. Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diseleng garakan.
b. Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasul, karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah “bid’ah” , atau jika ada yang menyebut nya, segala hal yang tidak dikerjakan rasulbid’ah, maka bid’ahnya disebut bid’ah hasanah, sedangkan dalam ibadah mahdhah disebut bid’ah dhalalah.
c. Bersifat rasional,  ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya, manfaat atau madharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika.  Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, danmadharat, maka tidak boleh dilaksanakan.
d. Azasnya “Manfaat”, selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.


Rumusan Ibadah Ghairu Mahdhah

“BB + KA”
(Berbuat Baik +  Karena Allah)
3. Hikmah Ibadah Mahdhah
Pokok dari semua ajaran Islam adalah “Tawhiedul ilaah” (KeEsaan Allah) , dan ibadah mahdhah itu salah satu sasarannya adalah untuk mengekpresikan ke Esaan Allah itu, sehingga dalam pelaksanaannya diwujudkan dengan:
a. Tawhiedul wijhah (menyatukan arah pandang). Shalat semuanya harus menghadap ke arah ka’bah, itu bukan menyembah Ka’bah, dia adalah batu tidak memberi manfaat dan tidak pula memberi madharat, tetapi syarat sah shalat menghadap ke sana  untuk menyatukan arah pandang, sebagai perwujudan Allah yang diibadati itu Esa. Di mana pun orang shalat ke arah sanalah kiblatnya  (QS. 2: 144).
b. Tawhiedul harakah (Kesatuan gerak). Semua orang yang shalat gerakan pokoknya sama, terdiri dari berdiri, membungkuk (ruku’), sujud dan duduk. Demikian halnya ketika thawaf dan sa’i, arah putaran dan gerakannya sama, sebagai perwujudan Allah yang diibadati hanya satu.
c. Tawhiedul lughah (Kesatuan ungkapan atau bahasa). Karena Allah yang disembah (diibadati) itu satu maka bahasa yang dipakai mengungkapkan ibadah kepadanya hanya satu yakni bacaan shalat, tak peduli bahasa ibunya apa, apakah dia mengerti atau tidak, harus satu bahasa, demikian juga membaca al-Quran, dari sejak turunnya hingga kini al-Quran adalah bahasa al-Quran yang membaca terjemahannya bukan membaca al-Quran.



Fara’idh (Mawarist)
Fara’idh (فرائض) adalah jama dari faridhah (فريضة) yaitu yang difardhukan. Fardhu menurut arti bahasa adalah “kepastian” atau taqdir (ketentuan), sedangkan menurut syara’ dalam hubungan dengan waris adalah bagian yang telah ditentukan untuk ahli waris. Kemudian kata ini menjadi istilah baku untuk waris (وراثة), yaitu harta peninggalan atau harta pusaka dari seseorang yang meninggal dunia, yang akan dibagikan kepada ahli waris menurut bagian tertentu.
Menurut hukum waris Islam, orang-orang yang berhak menerima harta waris (pusaka) terbagi kepada dua kelompok besar, yaitu:
pertama: ahli waris laki-laki:
1. Anak laki-laki
2. Cucu laki-laki dari anak laki-laki terus ke bawah
3. Bapak
4. Kakek (datuk) dari bapak dan terus ke atas
5. Saudara laki-laki kandung
6. Saudara laki-laki sebapak
7. Saudara laki-laki seibu
8. Anak laki-laki saudara laki-laki sekandung
9. Anak laki-laki saudara laki-laki sebapak
10. Paman yang sekandung dengan bapak
11. Paman yang sebapak dengan bapak
12. Anak laki-laki paman yang sekandung dengan bapak
13. Anak laki-laki paman yang sebapak dengan bapak
14. Suami
15. Laki-laki yang memerdekakan budak
Apabila semua ada, yang mendapat waris hanya:
1. Anak laki-laki
2. Suami
3. Bapak
Kedua: ahli waris perempuan:
1. Anak perempuan
2. Cucu perempuan dari anak laki-laki dan terus kebawah
3. Ibu
4. Nenek/ibu dari ibu terus keatas
5. Nenek/ibu dari bapak
6. Saudara perempuan kandung
7. Saudara perempuan sebapak
8. Saudara perempuan seibu
9. Istri
10. Perempuan yang memerdekakan budak.
Apabila semua ada, yang mendapat waris hanya:
1. Istri
2. Anak perempuan
3. Cucu perempuan dari anak laki-laki
4. Saudara perempuan kandung
Apabila semua ahli waris baik laki-laki maupun perempuan yang tersebut di atas semuanya ada, hanya lima yang mendapat waris, yaitu:
1. Suami atau istri
2. Ibu
3. Bapak
4. Anak laki-laki
5. Anak perempuan
Pembagian harta waris termaksud dilaksanakan setelah selesainya hak dan kewajiban si pewaris, seperti washiyat dan hutang (QS. 4:11-12) serta biaya pengurusan mayat, zakat dan nadzar
Sedangkan yang menyebabkan tidak mendapat waris adalah:
1. Pembunuh, berdasarkan sabda Nabi SAW “Tidak berhak si pembunuh mendapat sesuatupun dari harta waris” –HR. An-Nasai—
2. Murtad
3. Kafir, berdasarkan hadits Nabi SAW: “Orang Islam tidak mewarisi orang kafir, demikian juga orang kafir tidak mewarisi orang Islam” (HR. Jama’ah ahli hadits)
4. Sama-sama mati dalam satu waktu.
Bagi orang yang meninggal kalaalah (orang yang tidak mempunyai anak –QS. 4:12–), atau orang yang tidak mempunyai anak dan orang tua (QS. 3:176), maka ketentuan harta peninggalannya (waris) sebagai berikut:
1. Jika orang yang meninggal, baik laki-laki dan perempuan, tidak mempunyai anak tetapi mempunyai ayah dan ibu dan mempunyai saudara laki-laki atau seorang saudara perempuan, maka saudara laki-laki dan saudara perempuan itu masing-masing mendapat seperenam (1/6) bagian dari harta peninggalan.
2. Jika orang yang meninggal, baik laki-laki maupun perempuan tidak mempunyai anak tetapi mempunyai ayah dan ibu dan mempunyai tiga orang saudara atau lebih (laki-laki atau perempuan, bahkan atau campuran laki-laki dan perempuan), maka semua saudara itu mendapat sepertiga (1/3) bagian dari harta peninggalan.
3. Jika saudara laki-laki yang meninggal tidak mempunyai anak dan orang tua, tetapi mempunyai seorang saudara perempuan, maka saudara perempuan itu mendapat setengah (1/2) bagian dari harta peninggalan.
4. Jika saudara perempuan yang meninggal tidak mempunyai anak dan orang tua, tetapi mempunyai seorang saudara laki-laki, maka ia mendapat setengah (1/2) bagian dari harta peninggalan.
5. Jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan orang tua, tetapi mempunyai dua orang saudara perempuan atau lebih, maka mendapat dua pertiga (2/3) bagian dari harta peninggalan.
6. Jika orang yang meninggal tidak mempunyai anak dan orang tua, tetapi mempunyai saudara yang jumlahnya lebih daripada dua orang yang terdiri atas saudara laki-laki dan saudara perempuan, maka mereka mewarisi seluruh kekayaan, dengan perbandingan seorang saudara laki-laki mendapat bagian dua kali sebanyak bagian seorang saudara perempuan.
Untuk lebih mengetahui bagian-bagian yang mendapat harta waris lihat Ashabul Furudh, Ashobah,dan Awl. 

Manusia Sebagai Makhluk Belajar

Ada satu kata atau istilah, yaitu “belajar” yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Karena aktivitas belajar itulah yang membedakan manusia dengan makhluk lain seperti binatang misalnya. Karena aktivitas belajar pula yang mengantarkan seorang manusia menjadi berilmu, yang selanjutnya memosisikan manusia menjadi makhluk yang paling mulia diantara makhluk yang ada di muka bumi ini. Karena belajarlah, manusia bisa bertahan hidup dan bisa memenuhi apa yang menjadi kebutuhan hidupnya. Karena belajarlah, manusia bisa memecahkan masalah kehidupan yang dihadapi. Karena belajarlah, manusia bisa mengembangkan budayanya, dan karena belajar pula, manusia bisa menguasai alam dan bisa mengubah wajah dunia ini.
Coba kita perhatikan bagaimana kehidupan binatang, apapun jenisnya. Binatang hanya mengandalkan instink untuk dapat memenuhi hidupnya dan mempertahankan kehidupannya, sehingga kehidupan binatang dari waktu ke waktu hanya begitu-begitu saja. Tidak ada binatang yang mampu mengembangkan kreativitas untuk memperbaiki derajat kehidupannya. Persoalan ada binatang yang dianggap pandai, sehingga dapat mengikuti perintah manusia, itu juga hanya sebatas instinknya saja, bukan hasil belajar.
Dalam kehidupan manusia, belajar adalah kata kunci yang menjadi ciri sekaligus potensi bagi umat manusia. Belajar telah menjadi atribut manusia. Potensi belajar merupakan kodrat sekaligus fitroh bawaan sebagai karunia dari Sang Maha Pencipta, Allah, swt. Belajar adalah kebutuhan hakiki dalam hidup manusia di muka bumi ini. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar adalah “energi kehidupan” umat manusia yang dapat mengusung harkat kemanusiaannya menjadi sosok beradab dan bermartabat.
Belajar adalah suatu proses dan aktivitas yang selalu dilakukan dan dialami manusia sejak manusia di dalam kandungan, buaian, tumbuh  berkembang dari anak-anak, remaja sehingga menjadi dewasa, sampai ke liang lahat, sesuai dengan prinsip pembelajaran sepanjang hayat. Sebagaimana telah dituntunkan dalam Islam, belajar seharusnya sejak dalam buaian sampai ke liang lahat, minal mahdi ilal lahdi, from cradle to the grave.
Teori sains terakhir bahkan mengungkapkan bahwa calon manusia telah mulai belajar saat juataan sperma berjuang mencapai ovum dalam uterus. Jutaan sperma itu seolah saling berjuang, berebut dan berlomba mencapai ovum, banyak di antaranya yang gugur di tengah jalan. Uniknya, satu atau dua sperma ( pada kasus kembar tidak identik ) mencapai ovum dan terjadi konsepsi, sisa ribuan sperma yang lain mati dan menjadi nutrisi bagi ovum yang telah di buahi. Ternyata …yang bermula dari satu atau dua sperma itu adalah kita, dan kitalah yang menjadi pemenangnya sebagai buah dari proses belajar, setelah melalui perjuangan panjang dan melelahkan. Demikianlah, calon manusia ini telah belajar berjuang, beradaptasi, bersaing, tetapi juga bekerja sama dan berkurban untuk kepentingan sesama.
Secara teoritik, belajar dapat dimaknai sebagai suatu proses untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Dengan demikian buah dari proses belajar tersebut dapat berupa bertambahnya pengetahuan, adanya peningkatan keterampilan, semakin sempurnanya perilaku dan sikap serta semakin matang kepribadian. Dalam konteks proses  memperoleh pengetahuan, kontak manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman ( experience ). Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan ( knowledge ). Dalam perspektif sains, ada anggapan bahwa pengetahuan sudah terserak dan tersebar di alam semesta ini, tinggal bagaimana manusia bereksplorasi, menggali dan menemukan kemudian memungutnya, untuk memperoleh pengetahuan. Begitu pentingnya makna pengalaman yang berujung pada terjadinya pengendapan akan pengetahuan, sehingga muncul pepatah : pengalaman adalah guru yang paling baik,  experience is the best teacher, dalam pepatah Minangkabau dinyatakan dengan sebutan ; alam takambang menjadi guru atau alam berkembang menjadi guru.
Pada dasarnya semua manusia pernah mengalami atau memiliki pengalaman belajar yang sangat menakjubkan. Ketika bayi, kita mulai belajar menggerak-gerakkan organ tubuh, belajar mengidentifikasi, belajar berbicara, belajar berjalan dan sebagainya, nyatanya kita bisa bergerak, bisa mengenal lingkungan, bisa berbicara, dan bisa berjalan dengan sempurna. Artinya kita telah mampu berjuang menghadapi berbagai tantangan dalam belajar, seperti berkali-kali jatuh ketika belajar berjalan namun akhirnya berhasil dan sukses. Demikian pula ketika belajar naik sepeda, berapa kali kita jatuh dan terluka, namun kita tetap belajar terus tanpa menyerah dan akhirnya kita bisa naik sepeda bahkan berbagai kendaraan lainnya. Itu semua adalah pengalaman sukses belajar. Dalam berbagai sisi kehidupan lainnya masih banyak lagi pengalaman sukses belajar yang telah dan terus akan kita alami dari hari ke hari.
Akan tetapi dalam perkembangannya, manusia termasuk kita semua sering melupakan pengalaman sukses tersebut, atau barangkali justru tidak menyadari bahwa apa yang kita alami itu sebagai buah dari sukses belajar, sehingga tidak tumbuh keinginan untuk mengulangi dan menghadirkan sukses-sukses berikutnya dalam kehidupan yang lebih luas. Dari uraian di atas, dapat kita tarik bahwa sebenarnya aktivitas belajar merupakan suatu kebutuhan, bukan beban, bahkan setiap diri manusia telah dibekali potensi untuk mampu belajar ( dalam arti luas ).
Jikalau roh belajar tersebut sudah terpatri dalam setiap individu dan menjadikan belajar sebagai kebutuhan ( need ), niscaya budaya belajar ( learning culture ) dapat terbangun dan terwujud.
Jika budaya belajar sudah mengkondisi dalam suatu masyarakat sekolah ( school community ) niscaya prosesi ujian nasional, ulangan akhir semester atau eveluasi apapun tidak akan memicu kegalauan bagi para siswa, orang tua, maupun sekolah itu sendiri. Untuk itu upaya membangkitkan semangat belajar ini senantiasa menjadi tema yang menarik untuk didiskusikan.
Salah satu resep yang paling mujarab dalam membangun spirit belajar ini adalah dengan menumbuhkan dan membangun kesadaran dari dalam diri masing-masing, karena motivasi dari dalam lebih memiliki makna yang kuat dibanding dengan dorongan apalagi paksaan dari luar. Ingat falsafah telur ? sebuah telur yang pecahnya dari dalam ( karena dierami induknya ) niscaya akan membuahkan seekor makhluk baru, artinya ada buah yang berupa “kehidupan”, dan setiap kehidupan mesti akan memberi harapan. Lain halnya jika telur tersebut pecahnya dari luar, maka yang terjadi adalah kehancuran. Demikian pula dalam hal belajar, jika dorongan belajar berasal dari dalam diri setiap individu, tentu akan timbul pencerahan dan harapan. Akan tetapi kalau belajar harus dipaksa dari luar, yang terjadi adalah keterpaksaan yang pada gilirannya akan memicu kehancuran.
Untuk itu tulisan ini sengaja diangkat teriring harapan, semoga dapat menjadi referensi dalam menumbuhkan spirit belajar dari dalam diri bagi siapapun, baik siswa, guru, orang tua atau pembaca lainnya. Begitu indahnya makna belajar dalam kehidupan manusia dan begitu pentingnya mendorong spirit belajar sebagai identitas kemanusiaan, kiranya kita perlu merenungi pepatah China berikut :
Jika anda mempunyai rencana kehidupan satu tahun, tanamlah padi;
 jika anda mempunyai rencana kehidupan sepuluh  tahun, tanamlah pohon;
dan jika anda mempunyai rencana kehidupan sepanjang hayat, maka belajar, belajar , dan belajar.


7 Tanda Kebesaran Allah SWT
Beberapa tanda tanda di alam semesta, mengingatkan manusia terhadap kebesaran allah SWT. Baik tanda melalui cuaca, peristiwa ataupun benda benda. Dengan fenomena fenomena ini tentu membuat masyarakat terkagum dan semakin meyakini atas tanda tanda kebesaran allah SWT.

Fenomena fenomena alam ini memang tak sebaiknya diartikan berlebihan. Justru kehadiran fenomena ini menjadi peringatan bagi kita untuk semakin mempertebal keimanan dan ketakwaan kita kepada allah SWT. Berikut ini informasi tentang 7 kebesaran Allah SWT

Pohon Seperti Orang Rukuk

Dihutan Sydney Australia ada sebuah pohon dengan bentuk sangat unik. Pohon ini sangat berbeda dengan pohon pohon di sekelilingnya. Bentuk pohon ini sangat menyerupai gerakan rukuk dalam sholat. Dari samping terlihat bentuk kepala,tangan dan tubuhnya benar benar terlihat sebagai seorang yang sedang menunaikan ibadah.

Hebatnya, manusia pohon ini menghadap langsung kea rah kliblat. Posisi ini layaknya seperti orang muslim pada umumnya ketika menunaikan ibadah sholat.

Sumur Bertasbih
Warga Desa Lubukrukam Kecamatan Peninjauan Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) digegerkan oleh adanya sumur bertasbih. Konon dari dasar sumur ini, terdengar suara orang bertasbih. Oleh karena itulah sumur ini populer dengan sebutan sumur bertasbih.

Sumur ini kemudian menjadi ramai di kerubungi warga sekitar yang ingin membuktikan kebenarannya. Bahkan warga harus rela antri agar bisa mendekat ke bibir sumur. Keajaiban di dasar ini adalah salah satu kebesaran allah swt yang mengingatkan warga akan keberadaanya yang maha kuasa.

Tentu saja keajaiban ini jangan sampai disalah artikan hingga dapat mengakibatkan kemusrikan umat manusia terhadap allah swt.

Ka’bah Bersinar di Luar Angkasa
Ka’bah merupakan bangunan suci umat islam berbentuk menyerupai bentuk kubus yang terletak di tengah masjidil haram di mekkah. Ka’bah menjadi patokan arah kiblat bagi kaum muslimin untuk melakukan hal hal ibadah terutama sholat. Sebuah tanda kebesaran allah Swt terjadi ketika wilayah masjidil haram terlihat bercahaya dari luar angkasa. hal ini diungkapkan oleh seorang astronaut india bernama sunita wiliam.

Bahkan foto ka’bah yang diambil dari satelit nasa atau badan antariksa amerika serikat menunjukkan hal yang sama. Wilayah masjidil haram terlihat bercahaya dibanding daerah daerah lain di mekkah. Selain itu masjid nabawi di madinah pun memiliki keajaiban yang sama.




Al-Qur’an Tertua di Asia Tak Bisa Terbakar
Ada sebuah kisah unik mengenai al-quran tertua di asia. Al-quran yang terletak di kabupaten alor, nusa tenggara timur ini menyimpan sebuah kisah yang mungkin menjadi salah satu bukti akan kebesaran allah swt. Saat itu terjadi kebakaran hebat di sebuah rumah yang menjadi tempat penyimpanan al-quran milik kesultanan ternate ini. namun anehnya, meski seluruh rumah beserta isinya hangus terbakar. Kitab suci ini tidak terbakar. Hingga saat ini kitab suci al-quran ini tetap terjaga rapi.

Sungai di Bawah Laut Tanda Kebenaran Al-Quran
Seorang ahli kelautan bernama Jacques Yves Costeau melakukan penelitian di dasar laut meneliti sebuah fenomena mengagumkan dibawah laut Cenota Angelita, Mexico. Disinilah allah menunjukkan kebesarannya. Costeeau dikejutkan dengan adanya air tawar diantara air laut yang asin. Penemuannya ini membuatnya takjub, rasa ingin tahunya membuat Jacques menyelam lebih dalam. Ia pun menemukan fenonema alam yang mengejutkan berupa sungai didasar laut.

Sungai tersebut ditumbuhi daun daunan pohon. Para peneliti menyebutnya sebagai lapisan Hidrogen Sulfida. Peristiwa ini telah dijelaskan didalam al-quran. Pada surat al-furqon ayat 53 dan juga surat ar-rahman ayat 19-21. Ayat ini menjelaskan secara jelas mengenai dua pertemuan antara air tawar dan air asin.

Astronot Mendengar Suara Adzan dari Luar Angkasa

Tanda kebesaran allah berikut dialami oleh seorang astronot muslim asal Malaysia bernama Sheikh Muszaphar Shukor. Ia mengorbit di angkasa pada 10 oktober 2007 silam bersama pesawat luar angkasa milik rusai soyuz.

Ia mengorbit bertepatan dengan bulan ramadhan. Syukron tetap menjalankan ibadahnya selama di luar angkasa. ajaibnya, selama di luar angkasa syukhron mengaku mendengar adzan berkumandang. Tentu saja hal ini memudahkan dirinya menjalankan sholat. Hal ini terdengar mustahil. Mengingat dalam ruang hampa dan jauh dari bumi, adzan terdengar hingga luar negeri. Namun itulah tanda kebesaran allah yang ditunjukkan terhadap hambanya.

Pepaya dengan Lafadzh Al-quran
Tanda kebesaran allah juga Nampak pada munculnya lafadzh allah di buah papaya banyuwangi. Buah milik fauzi ini berisi gumpalan daging buah papaya dan membentuk kaligrafi arab bertuliskan allah swt. Keberadaan lafadzh allah baru disadari fauzhi ketika ia akan memasak papaya ini untuk dijadikan sayur.
Setelah mengetahui keunikan pada buah pepayanya ini, akhirnya fauzhi dan sang istri mengurungkan niatnya untuk memasak sayur papaya. Meski demikian, keluarga fauzhi tetap menyadari kebesaran allah dan tidak ingin mengkeramatkan buahnya tersebut.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar